Author : Mizi Janet
Title : “Can You Feel My Heartbeat?”
Casts : Cho Kyuhyun
Genre : Romance, Sad
Rating : PG-15
Length : ONESHOOT
Note :
FF berdasarkan kisah nyata dari kesaksian seorang pria yang pernah saya kenal. Jika ingin memberi kritik/saran, bisa lewat mention di twitter saya @mizijanet. Happy reading!
“bisakah
kau merasakannya?”
“merasakan
apa?”
“detak
jantungku. Bisakah kau merasakannya?”
“ya,
aku merasakannya”
CAN YOU FEEL
MY HEARTBEAT?
_Story Begin_
Kyuhyun’s
POV
Cinta. Mendengarnya saja aku muak. Bagaimana
bisa orang-orang menyatakan bahwa ‘cinta itu indah’? padahal itu sangat
menyakitkan! Karna cinta bicara soal perpisahan.
Aku Kyuhyun. Cho Kyuhyun. Aku adalah putra dari
pemilik perusahaan Cho Corp sekaligus calon pewaris group itu. Usiaku 25 tahun
dan kini aku sedang menjabat sebagai manager di perusahaan ayahku.
Aku benci ‘cinta’, aku benci kehidupanku, aku
benci masalaluku. Aku menatap nanar sebuah cincin yang tergeletak di meja
kerjaku. Sebuah cincin emas yang di lapisi berlian dan di dalamnya ada terukir
sebuah nama, Shin Soo Hyun.
“oppa!”
“aish! Soo
Hyun-ah, kau mengagetkanku saja!” aku tersenyum dan mengusap pelan rambut gadis
cantik didepanku.
“oppa, ayo
kita jalan-jalan!” seru gadis ini. Sebut saja dia Soo Hyun, Soo Hyun –ku.
“kau mau
jalan-jalan kemana?” tanyaku.
“umm…” ia
terlihat berfikir dan sedikit memanyunkan bibir mungilnya.
*CUP* ku kecup
singkat bibirnya dan tersenyum. Soo Hyun tampak terkejut.
“yak! Oppa!”
“Hahahaha” aku
tertawa puas.
“oppa, ayo
kita jalan-jalan keliling sungai Han!” ajaknya antusias dengan nada yang manja.
“baiklah!
Kajja!”
***
“oppa..” aku
menoleh kea rah Soo Hyun..
“oppa, apa kau
berjanji akan selalu ada bersamaku sampai mati?” tanya nya dengan lugunya.
“tentu saja!
Bukankah sebentar lagi kita akan menikah? Itu artinya, kau, dan aku, akan hidup
bersama sampai ajal menjemput” jawabku
“asik!!” seru
nya kegirangan.
Di saat aku sangat percaya pada cinta, di saat
aku sangat bergantung pada cinta, di saat itu pula rasa sakit itu mulai
menguasaiku.
Sakit, sangat sakit. Kugenggam erat cincin emas
ini. Cincin yang seharusnya di gunakan oleh pengantin wanitaku di altar, saat
pemberkatan pernikahan…
“Cho Kyuhyun,
apa kau bersedia menjadi suami bagi saudari Shin Soohyun, menerima segala
kelebihan dan kekurangannya, menjadi pemimpin dalam keluarga kecil kalian
nanti, menjadi orang yang bertanggung jawab, menjadi pasangan yang setia dan
sepadan dengannya, takut akan Tuhan dan menemaninya sampai akhir hidupmu?” ucap
pendeta sambil menumpangkan tangannya ke kepalaku.
“saya
bersedia” jawabku lantang.
“Shin Soohyun,
apa kau bersedia menjadi istri bagi saudara Cho Kyuhyun, menerima segala
kelebihan dan kekurangannya, menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak, menuruti dan
menghormatinya sebagai suamimu, menjadi pasangan yang setia dan sepadan
dengannya, takut akan Tuhan dan menemaninya sampai akhir hidupmu?” ucap pendeta
sambil menumpangkan tangannya ke kepala Soohyun.
*brukkk*
Aku terkejut.
Semua orang terkejut melihat Soohyun tergeletak di lantai.
“Soohyun-ah!
ireona!” ku tepuk pelan wajah Soohyun. Dingin. itu yang kurasakan. Wajahnya
pucat pasi.
Airmataku
mengalir. Perasaanku mengatakan bahwa dia telah pergi.
Aku meletakkan
kepalaku ke dadanya. Mencoba mendengar dan merasakan detak jantungnya. Tapi
nihil. Aku tidak merasakan apapun.
“Shin
Soohyun!!!!!!!”
Takdir sangat kejam. Atau Tuhan sedang
menghukumku? Atau ini semua adalah kutukan? Airmataku mulai mengalir deras.
Rasa sakit itu, masih membekas dalam dadaku.
“Kyuhyun-ah….”
ibu duduk di sampingku sambil membawa segelas susu.
“Kyuhyun-ah,
minumlah dulu. Sejak seharian kau tidak makan. Kau sangat pucat Kyuhyun-ah,
nanti kau sakit..”
“sakit fisik
tidak sesakit dan sehancur hatiku, eomma” jawabku lemah.
“eomma tau ini
berat, sangat berat. Tapi kau tidak boleh terpuruk seperti ini. Kau harus
bangkit Kyuhyun-ah!” ujar ibu tegas.
Airmataku
kembali mengalir. Sangat sakit ketika melihat wanitaku terbaring tak bernyawa
di peti mati berlapis emas dan saat peti mati itu mulai di kubur ke dalam
tanah, rasanya aku ingin ikut terbaring di dalam sana.
“eomma, apakah
Tuhan membenciku?” ujarku lirih. Ku tatap mata ibu yang mulai berkaca-kaca.
“ani. Tuhan
tidak pernah membencimu. Kau berharga di mata-Nya” jawabnya.
“lalu
kenyataan apa ini?! Kalau aku berharga di mata Tuhan, kenapa Dia tega memanggil
setengah dari hidupku?!” emosiku memuncak. Airmataku tak bisa ku tahan lagi.
“mungkin…ada
rencana yang lebih indah, Kyuhyun-ah. tulang rusukmu mungkin tidak ada pada
SooHyun, tapi mungkin pada gadis lain yang akan Tuhan berikan kepadamu”
Aku tersenyum pahit. Setelah setahun aku
terpuruk, aku mulai bangkit. Aku mulai bisa menerima kenyataan pahit ini. Aku
mulai berdoa kepada Tuhan untuk menguatkanku dalam menghadapi kenyataan ini dan
memberiku roh kesabaran. Aku mulai bisa sedikit demi sedikit melupakan kematian
Soo Hyun.
Tapi semua kembali terulang ketika aku mulai
tertarik dengan seorang gadis yang sering kutemui di Gereja. Gadis cantik yang
rendah hati, dewasa, dan keibuan karna aku sering melihatnya bermain bersama
anak kecil.
Ketika aku mulai mendekatinya, kenyataan pahit
kembali ku rasakan ketika 3 minggu lalu aku mengetahui dia adalah tunangan
seorang pria.
“Agasshi,
siapa namamu?” tanyaku.
“eoh?
Perkenalkan, Kang Yeonji imnida” jawabnya sambil tersenyum ramah.
Cantik. Sangat
cantik bahkan lebih dari Soohyun.
***
“Yeonji-ssi,
sebenarnya aku…aku menyukaimu” ujarku pelan. Ia menoleh kepadaku.
“aku
menyukaimu sejak pertemuan pertama kita di Gereja. Sejak aku melihat matamu,
aku menyukaimu” sambungku.
Ia terdiam,
tak merespon.
Aku menatap
dalam tepat di manik matanya.
“Yeonji-ssi,
maukah kau menjadi kekasihku?” dia terdiam. Aku menunggu. Sampai akhirnya
sesuatu seperti menghantam dadaku.
“mianhae. Aku
tidak bisa”
Apakah Tuhan tidak menghendaki aku untuk
merasakan cinta dari seseorang?! Apakah Tuhan tidak memberikanku gadis yang
sepadan?! Apakah aku ini tidak berharga di mata-Nya?!
“wa..wae?”
tanyaku lirih.
“aku..aku akan
menikah dengan tunanganku. Mian. Tapi kalau aku boleh jujur, aku juga
menyukaimu. Ani, aku mencintaimu”
Rasanya
seperti ada banyak pedang yang menghantamu. Remuk jantungku. Hatiku kembali
hancur untuk ke dua kalinya.
“ne, arraseo.
Semoga kau bahagia dengan tunanganmu, Yeonji-ssi”
“Arrgghh!!!” aku melempar cincin itu. Frustasi.
Seperti itu yang kurasakan saat ini.
Airmataku kembali mengalir mengingat kejadian
itu. Aku benci cinta.
*Brakkkkk* Ku pukul keras meja kerjaku.
“aku benci cinta..”
***
Author’s
POV
Kyuhyun berjalan gontai melewati koridor
apartemennya. Keadaannya berantakan, tampak jelas bahwa ia frustasi. Langkahnya
seketika berhenti ketika ia melihat sosok gadis cantik yang sekitar 3 minggu
lalu menghancurkan hatinya, Kang Yeonji.
“Kyu..Kyuhyun-ssi!” Yeonji terkejut melihat
keadaan Kyuhyun yang berantakan. Ia berlari, dan memeluk erat Kyuhyun.
“Kyu..Kyuhyun-ah, nan jeongmal bogoshippeo”
bisik Yeonji tepat di telinga Kyuhyun. Kyuhyun diam. Ia sama sekali tak
membalas pelukan rindu dari Yeonji.
“aku..aku tidak jadi menikah dengan namja itu”
ucapan Yeonji sontak membuat Kyuhyun melepaskan pelukan itu.
Kyuhyun menatap dalam mata Yeonji.
“apa maksudmu?”
“aku membatalkan perikahan kami, aku
mencintaimu, dia mencintai yeoja lain, orangtua kami mengerti dan akhirnya
membatalkan pernikahan kami..bisakah, aku merubah jawabanku waktu itu?” ucap Yeonji
tegas dan jelas membuat Kyuhyun merasakan seperti banyak kupu-kupu yang terbang
di atas perutnya.
“aku mau menjadi kekasihmu..aku mau membantumu
mengobati luka lama di hatimu, aku mau mencintaimu setulus hatiku. Walau kau
terlanjur benci dengan cinta, tapi aku akan berusaha semampuku untuk membuatmu
berhenti membenci cinta” sambung Yeonji. Matanya berkaca-kaca.
“maukah kau kembali membuka hatimu agar aku bisa
masuk kedalamnya dan mengobati luka disana?” tanya Yeonji sambil menempelkan
tangannya ke dada bidang Kyuhyun.
“bisakah kau merasakannya?” tanya Kyuhyun sambil
menggenggam tanga Yeonji yang menempel
di dadanya.
“merasakan apa?” tanya Yeonji tak mengerti.
“detak jantungku. Bisakah kau merasakannya?”
“ya, aku merasakannya” jawab Yeonji sambil
tersenyum.
***
_3 Tahun
Kemudian_
Kyuhyun menggendong seorang bayi sambil berjalan
memasuki gedung Gereja. Sesekali ia mencium kening bayi yang usianya sekitar 5
bulan itu dengan sayangnya. Ia menghirup aroma khas bayi itu dengan sangat
dalam. Ia mengambil tempat dan duduk di kursi kayu Gereja. Ia mulai melipat
tangannya dan menutup matanya perlahan.
“Tuhan,
terimakasih sudah mengizinkanku merasakan apa itu arti cinta. Terimakasih sudah
memberikanku nafas kehidupan, terimakasih sudah mengaruniakanku seorang anak
yang sangat cantik, yang mirip sekali dengan eommanya. Aku bersyukur Tuhan, Kau
pernah memberikanku pelajaran yang sangat berarti tentang cinta, hingga kini
aku bisa menjadi emas yang berkilau. Tuhan, kuserahkan istriku, Cho Yeon Ji
kedalam tangan pengasihanan-Mu. Aku akan berusaha menjaga dan merawat
titipan-Mu ini yang paling berharga dala hidupku. Tempatkan Yeonji di tempat
yang paling indah, Tuhan, agar nanti aku juga bisa hidup bahagia, kekal, sampai
selama-lamanya bersama Yeonji di tempat dimana Engkau berada. Izinkanlah aku
bernafas lebih lama lagi, Tuhan, agar putri kecilku bisa merasakan indahnya
dunia dan merasakan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Ku serahkan masa
depan keluarga kami ke dalam tangan-Mu, Tuhan. Amen”
THE
END.